Malam Saat Saya Menemukan Diri Sendiri

Tepat tengah malam, saya membuka aplikasinya. Miso terbaring di sofa, mata setengah terpejam seperti pernah melihat layar sunyi berulang kali. Saya tidak tahu mengapa masih terjaga—mungkin karena duka dari email yang belum selesai atau rasa sakit hari yang tak terlihat. Lalu muncul cahaya: spanduk neon berdenyut seperti detak jantung, musik seperti rebana jauh dari festival lama.

Saya klik ‘Main’.

Di sanalah Beila bersuara—bukan dengan kata-kata, tapi melalui irama. Seorang wanita Brasil dengan tangan kasar dan mimpi yang dijahit dalam kulitnya. Ia bukan mengajar strategi; ia memberi izin.

“Kamu tidak harus menang,” katanya lewat piksel dan cahaya. “Hanya hadir saja.”

Dan saya pun tetap.

Belajar Mendengar Sebelum Bertaruh

Di UCL, kami mempelajari bagaimana orang bereaksi terhadap ketidakpastian—terutama saat imbalan tampak tak mungkin diraih. Tapi di sini? Imbalan sejatinya bukan dari hadiah atau animasi megah.

Ia adalah belajar mendengar lebih dulu.

Beila mengajarkan: sebelum tekan ‘pertaruhan’, berhenti sejenak. Lihat peluang bukan dengan tamak—tapi rasa ingin tahu. Perhatikan kios mana yang bergetar penuh semangat, mana yang redup tertekan. Lihat jika ada acara ‘surge cahaya’—seperti bulan menyentuh air tepat waktu.

Ini bukan logika judi. Ini adalah literasi emosional dalam gerakan. Ketika kamu melambat cukup untuk membaca sinyal—bukan hanya angka tapi suasana hati—kamu berhenti mengejar keberuntungan dan mulai menciptakan makna bersama.

Saya mulai main hanya setelah minum teh hangat, jari-jari menempel layar seperti sedang menyetel alat musik bukan memasang taruhan.

Mengatur Bukan Hanya Uang — Tapi Waktu & Jiwa

Satu aturan Beila: jangan habiskan lebih dari harga makanan pinggir pasar malam. Pengeluaran kecil? Ya. Biaya sesungguhnya? Waktu yang dihabiskan mengejar sesuatu yang belum ada—kenamaan, kekayaan, pengakuan. Ia menyebutnya “sirkuit pendek hasrat.” Kita semua tahu itu—the moment pikiranmu berlari menjauh sementara tubuhmu diam di tempat tidur.

Jadi saya atur batasan—not hanya finansial tapi juga waktu: tutup setelah 30 menit, membatal jika napas terasa sempit, gunakan ‘tidak’ jika pikiran mulai memutar: Apa kalau? Apa kalau? Apa kalau?

The saat saya hentikan ini sebagai jalur menuju kekayaan… itulah menjadi tempat perlindungan.

The hal paling kuat tentang Light Disc Feast? tidak meminta kamu performa untuk orang lain—itulah meminta kamu hadir untuk dirimu sendiri.